Rabu, 20 April 2016

Bule Kampung

Saya lahir dengan kondisi prematur. Kala itu berat lahir saya kurang lebih hanya 1.8 kg, dengan kulit keriput dan kemerahan mirip warna tembaga. Ubun-ubun kepala yang naik turun dengan cepat membuat dokter khawatir dengan kondisi kepala saya.

Berbulan-bulan saya hidup dalam inkubator hingga akhirnya kondisi saya berangsur baik. Berat badan mulai naik, kulit yang tadinya keriput mulai normal seperti kulit bayi pada umumnya. Namun kulit saya masih tetap kemerahan dan malah timbul bintik-bintik hitam (pigmentasi), apalagi jika terkena sinar matahari. Makin tumbuh besar pigmentasi di tubuh dan muka saya semakin banyak. Ditambah lagi rambut kepala yang tumbuh dengan tekstur lembut juga berwarna kemerahan, membuat teman-teman masa kecil saya memanggil saya "si bule kampung".

Perasaan tidak terima dikatain "bule kampung" mendorong saya untuk memangkas habis "rambut jagung" saya ketika menginjak usia kelas 2 SMA. Kebetulan kala itu saya juga sudah berkerudung. Jadi kalaupun rambut dipangkas habis tidak akan dikatain "si tomboy" mungkin. Saya pun sering main di bawah terik matahari berharap kulit saya hitam. Namun apa yang terjadi dengan rambut dan kulit saya?

Setelah dipangkas habis, rambut saya tumbuh tebal dan berwarna hitam tetapi justru bertekstur keras. Ini di luar dugaan, semacam ada rasa penyesalan. Harapan kulit hitam pun tak terlaksana. Alih-alih kulit saya hitam, malah yang terjadi pigmentasi saya semakin banyak hahaha... Yaaa nasiibb!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar