Kamis, 14 April 2016

Mari Berlari


Dari zaman masih SMA, saya sudah menggemari (olahraga) lari, entah itu lari beneran ataupun lari dari kenyataan. Toh keduanya sama-sama menguras energi. Yaelaahh...malah curhat. Oke lanjuuutt.

Kenapa memilih olahraga lari dari sekian banyak jenis olahraga? Jawabannya karena olahraga lari itu simpel, praktis, dan mudah dilakukan jika memiliki niat yang kuat. Lebih dari itu, olahraga lari merupakan olahraga paling egaliter karena bisa diikuti oleh siapa aja, dari kalangan manapun tanpa pandang bulu. Semua orang bisa berlari.

Terlepas dari semua alasan yang dituliskan di atas, satu hal yang membuat saya memilih lari sebagai olahraga juga passion (re: bukan tren) adalah film Forest Gump yang dibintangi oleh Tom Hank. Film produksi tahun 1994 ini telah menginspirasi saya untuk mulai menggemari olahraga lari pada tahun 2000. Saat itu saya berpikir Forest Gump saja yang memiliki keterbatasan mampu berlari secepat angin, saya yang sehat jasmani pun pasti mampu.

Olahraga lari minimal saya lakukan 3 kali dalam seminggu. Jadwalnya selang sehari. Jika dulu ketika masih sekolah dan kuliah dilakukan di pagi hari maka ketika sudah bekerja waktunya pindah menjadi sore hari. Ada saja komentar-komentar lucu ketika saya rajin olahraga (lari), seperti “ngapain sih kamu lari, orang udah kurus gitu.” Memang motivasi terbesar orang berolahraga adalah ingin cepat kurus. Berhubung badan saya sudah kurus, jadi motivasi saya olahraga ya biar sehat saja. Sehabis lari pikiran saya menjadi lebih fresh, fisik menjadi bugar, dan tidur nyenyak.

Akhir-akhir ini fenomena lari sedang mewabah di Indonesia. Berbondong-bondong event lari diadakan, mulai dari lari jarak menengah, jarak jauh, marathon, bahkan yang tergolong radikal, yaitu ultra marathon. Olahraga lari kini sedang menjadi tren yang gila-gilaan: tren yang didukung oleh munculnya sepatu atau apparel lari berwarna-warni dengan desain yang keren-keren.

Seru sih. Saya pun pernah beberapa kali ikut race. Bukan, bukan untuk mengikuti tren. Saya hanya ingin mengukur speed dan endurance tubuh sendiri saja. Selebihnya saya ini cuma pelari rekreasional bukan pelari pro yang tidak akan memaksakan diri dan menggadaikan kemampuan tubuhnya hanya  untuk mengikuti tren.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar